Kualitas Air pada ternak ikan bawal
Suhu
Suhu air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik dalam
media luar maupun air (cairan) dalam tubuh ikan. Suhu makin naik maka reaksi
kimia akan makin cepat, sedangkan konsentrasi gas dalam air akan makin turun,
termasuk oksigen. Akibatnya
ikan akan membuat reaksi toleran atau tidak toleran (sakit sampai kematian)
(Lesmana, 2004). Suhu air juga mempengaruhi terhadap pertukaran zat-zat atau
metabolisme dari makhluk hidup (Susanto, 2004).
Ikan merupakan binatang berdarah dingin (poikilothermal) sehingga metabolisme
dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya, termasuk kekebalan tubuhnya
(Lesmana, 2004). Menurut Chobiyah, suhu yang sesuai adalah 24 – 27o
C, sedangkan menurut Arie (2000) suhunya berkisar antara 25 – 30o C.
Oksigen terlarut
Kebutuhan oksigen oleh ikan tentunya diambil dari air.
Oksigen digunakan ikan untuk pernapasan, yaitu pertukaran gas yang dilakukan di
dalam insang. Kandungan riil oksigen dalam air tergantung dari keseimbangan
biologi antara oksigen yang dikonsumsi organisme air dan oksigen yang masuk,
baik melalui difusi maupun fotosintesis tanaman air. Bila konsumsi oksigen
lebih besar maka kelarutannya akan rendah (Lesmana, 2004).
Sebagai organisme air, ikan bawal memerlukan
oksigen tersedia (terlarut) dalam air. Kandungan oksigen (O2) yang
cukup baik untuk kehidupan ikan bawal berkisar 2,4 – 6 ppm dan kandungan CO2
(karbondioksida) tidak lebih dari 6 ppm. Di daerah sub tropis, ikan bawal
tumbuh normal pada perairan yang mengandung kadar oksigen 2 ppm dan kandungan
karbondioksida lebih dari 12 ppm (Djarijah, 2004).
Perairan tawar pHnya berkisar antara 3 – 11 karena
tingginya komposisi ion dalam air (Alabaster and Lloyd, 1980). Perairan tawar
yang ber pH rendah mempunyai daya penyangga yang rendah pula, sehingga tidak
dapat menahan goncangan pH. Menurut Arie (2000) pH yang sesuai adalah 7 – 8,
sedangkan menurut Mayo (2001) adalah 6,5 – 7,5.